Kamis, 16 Desember 2010

MODEL PEMBELAJARAN CTL

     Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
      Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.  
     Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan pembelajaran konvensional sebagai berikut:
CTL
Konvensional
Pemilihan informasi kebutuhan individu siswa;
Pemilihan informasi ditentukan oleh guru;
Cenderung mengintegrasikan  beberapa bidang (disiplin);
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu;
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa;
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan;
Menerapkan penilaian autentik melalui melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah;
Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulang

Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)  
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah.
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman.
e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam.
f.  Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama.
g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Secara lebih sederhana karakteristik pembelajaran kontekstual dapat dinyatakan menggunakan sepuluh kata kunci yaitu: kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan gairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif.

Implementasi Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas sebagai berikut.
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Ciptakan masyaraka belajar (belajar dalam kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara 

Untuk lebih jelasnya uraian setiap komponen utama CTL dan penerapannya dalam pembelajaran adalah :
1. Konstruktivisme (Constructivism
     Setiap  individu  dapat  membuat  struktur  kognitif  atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000). Fungsi guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru. Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu : 
  1. Mengandung pengalaman nyata (Experience); 
  2. Adanya interaksi sosial (Social interaction); 
  3. Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);
  4. Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge). 
     Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. 
     Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:6). 
     Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak yang  sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. 

2. Bertanya (Questioning)  
     Bertanya  merupakan  strategi  utama  dalam  pembelajaran kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis  inquiry.  Dalam  sebuah  pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : 
  1. Menggali informasi, baik administratif maupun akademis; 
  2. Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa; 
  3. Membangkitkan respon kepada siswa; 
  4. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; 
  5. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; 
  6. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; 
  7. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.    
3.Menemukan (Inquiry)      Menemukan  merupakan  bagian  inti  dari  pembelajaran  berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu : 
  1. Merumuskan masalah ; 
  2. Mengajukan hipotesis; 
  3. Mengumpulkan data; 
  4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan; 
  5. Membuat kesimpulan. 
     Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan  siswa  memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.  

4. Masyarakat belajar (Learning Community)  
     Konsep  Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).  

5. Pemodelan (Modeling)  
     Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti  guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. 
     Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi : 
  1. Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.; 
  2. Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ; 
  3. Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio. 
6. Refleksi (Reflection)  
     Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.  Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003). Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa : 
  • Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh  pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.; 
  • Catatan atau jurnal di buku siswa; 
  • Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. 
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment
     Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. 
     Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang  diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.
(diambil dari :http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-contextual-teaching-learning-ctl/ tanggal 12-12-2010)

DAFTAR PUSTAKA 
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional./Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Sabtu, 11 Desember 2010

Pembelajaran PAKEM

Pengertian PAKEM 
     adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.

Alasan Penerapan PAKEM 
      PAKEM diterapkan karena dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa pembelajaran model konvensional dinilai menjemukan kurang menarik bagi para peserta didik sehingga, berakibat kurang optimalnya penguasaan materi bagi peserta didik

Hakikat PAKEM
dalam PAKEM terdapat empat pilar utama, yaitu a)aktif, b) kreatif, c) efektif, dan d) menyanangkan. sedangkan huruf "p" merupakan Pembelajaran yang didefinisikan sebagai pengorganisasia atau pencintaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik - baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik. Dengan demikian pada waktu peserta didik belajar, pilar - pilar PAKEM berikut harus dirancang :
  1. Pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student centered) dari pada berpusat pada guru (teacher centered). Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir (minds-on) dan berbuat (hands-on). Fungsi dan perang guru lebih banyak sebagai fasilitator
  2. Pembelajaran Kreatif, yaitu pembelajaran ynag menstimulus siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Strategi mengajar untuk mengembangkan kreatifitas siswa adalah :a) memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru. b) bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa c) penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa. d) penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa. d) memberikan waktu ynag cukup untuk siswa berfikir dan menghasilkan karya
  3. Pembelajaran efektis, secara harfiah efektif memiliki makna berdampak, membawa pengaruh, memiliki akibat, dan membawa hasil. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung
  4. Pembelajaran yang menyenangkan, adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehigga waktu curah perhatian tinggi. Menurut hasil penelitian, tinggi waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.
Komponen PAKEM 
dalam pelaksanaan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sekurang - kurangnya ada empat komponen atau prinsip yang dapat diidentifikasi. Keempat komponen tersebut adalah :
  1. Mengalami, dalam hal ini mengalami siswa belajar banyak melalui berbuat, pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera. Beberapa contoh bentuk kongkritnya adalah melakukan pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara, penggunaan alat peraga.
  2. Interaksi, interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru perlu diupayakan agar tetap ada dan terjaga mempermudah dalam membangun makna. Dengan interaksi pembelajaran menjadi lebih menarik, kesalahan makna berpeluang terkoreksi, makna yang terbangun semakin mantap dan kualitas hasil belajar meningkat.
  3. Komunikasi, dapat diartikan sebagai cara menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi saja belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi, karena interaksi akan lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif. makna yang teekomunikasikan kepada orang lain secara terbuka memungkinkan untuk mendapat tanggapan. Beberapa cara komunikasi yang dapat dilakukan misalnya dengan menjaga, presentasi laporan.
  4. Refleksi, berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan. melalui refleksi kita dapat mengetahui efektifitas pembelajaran ynag sudah berlangsung. Refleksi dapat memberikan peluang untuk memunculkan gagasan baru ynag dapat bermanfaat dalam berbaikan makna hasil pembelajaran. Dengan refleksi kesalahan dapat dihindari sehingga tidak terulang lagi.
Karakretistik PAKEM 
  • Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik
  • mendorong kreatifitas peserta didik dan guru
  • pembelajarannya efektif
  • pembelajaran menyenangkan utamanya bagi peserta didik
Keunggulan dan Kelemahan PAKEM 
Keunggulan PAKEM antara lain:
  • Mengalami : peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional
  • Komunikasi : kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik
  • Interaksi : kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah
  • Refleksi : kegiatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik memikirkan kembali  apa yang telah dilakukan
Kekurangan PAKEM antara lain :
  • Membutuhkan dana, dalam pembelajaran yang PAKEM sering kita memakai media sehingga membutuhkan biaya yang lebih untuk menunjang proses pembelajaran
  • Pengembangan RPP, dalam pembelajaran PAKEM guru dituntut untuk kerja extra dalam pengembangan pembuatan RPP agar dapat menciptakan pembelajaran yang diinginkan 
  • Manajemen kelas, dalam pembelajaran ini guru harus selalu dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan
  • Kurangnya kreatifitas guru, dalam pembelajaran PAKEM guru cenderung malas untuk melalkukan pembelajaran yang inovatif
Langkah - langkah pembelajaran PAKEM 
PAKEM adalah pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Langkah - langkah pembelajaran PAKEM antara lain :
  1. Review :guru dan siswa meninjau ulang pelajaran yang lampau
  2. Pengembangan : guru senantiasa menyajikan ide baru dan peluasan konsep
  3. Latihan terkontrol : guru memeriksa kemungkinan terjadinya miskonsepsi. Dianjurkan dengan kerja kelompok
  4. Seat work: siswa bekerja mandidri atau dalam kelompok dalam perluasan konsep
  5. Laporan siswa peorangan/kelompok: hasil kerja individu/kelompok dilaporkan untuk jikalau perlu ada perbaikan
  6. Pendalaman melalui permainan: anak diajak bermain dengan tujuan untuk memperdalam materi
  7. Pajangan hasil karya : hasil karya dipajang, berfungsi sebagai apresiasi karya dan perpustakaan kelas/sudut baca
  8. Pemberian PR untuk tindak lanjut : PR harus dikoreksi dan dinilai
Implementasi Pembelajaran PAKEM di SD
     Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran. Pada saat yang sama gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru :
  1. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam : misal yang sesuai dengan pelajaran, guru menggunakan, alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber, lingkungan, dll.
  2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan: misal a) siswa melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara. b) mengumpulkan data/jawaban dan mengelolahnya sendiri. c) menarik kesimpulan d) memecahkan masalah, mencari rumus sendiri. e) menulis laporan/hasil karya lain dengan kata - kata sendiri
  3. guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendri secara lisan atau tulisan : misal melalui diskusi, lebih banyak pertanyaan terbuka, hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri.
  4. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan baelajar dengan kemampuan siswa : misal siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersentu, tugas perbaikan atau pengayaan diberikan 
  5. Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari - hari : misal siswa menceritakan pengalamannya sendiri, siswa menerapkan hal ynag dipelajari dalam kegiatan sehari - hari
  6. Menilai pembelajaran dan kelajuan belajar siswa secara terus menerus : misal a) guru memantau kerja siswa, b) guru memberikan umpan balik.